Sekilas Kota Metro
ku
Friday,
March 02, 2012
2:17 PM
![]() |
Metro Logo |
Sejak
terbentuknya Kota Metro, Pemerintah Daerah dan masyarakat terus berusaha
mewujudkan Kota Metro sebagai kota masa depan. Untuk itu diperlukan kesungguhan
dalam upaya mewujudkannya. Sebuah kota masa depan yang Aman dan nyaman. Saat
ini Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan
tempat komunikasi warga. Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan
masuk dan keluar Metro dilebarkan. Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu
lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai kota penting kedua
di Lampung ini.
Metro
tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang
berbatasan langsung dengan wilayah ini, Lampung Tengah dan Lampung Timur,
mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di siang hari
penduduk Metro lebih banyak dibanding jumlah penduduk resminya.
Pusat
perdagangan Metro tersebar di beberapa tempat. Perdagangan barang jadi,
pakaian, tekstil, elektronik, dan barang kebutuhan sekunder lainnya, bisa
ditemukan di Shopping Center dan Pasar Cendrawasih. Bagi penggemar otomotif
kompleks pertokoan Sumur Bandung merupakan tempat berburu onderdil otomotif dan
aksesorinya. Pusat niaga juga ada ketika pagi-pagi di Ganjar Agung dan 16c
tempat jualan sayur-mayur dan komoditas pertanian lainnya. Di kompleks
pertokoan Sumur Bandung berdiri bangunan Chandra supermarket dan swalayan.
![]() |
Central Park n' Political Capital |
Terletak
46 kilometer dari Bandar Lampung, Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal
sebagai kota pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Tengah dan
Lampung Timur penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota ini. Demikian
sebaliknya di siang hari saat pulang sekolah. Angkutan kota tersebar ke segala
penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas penduduk Metro.
Untuk
mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di
jantung kota. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka dan air conditioning.
Dibangun sejak tahun 2002 dan sekarang sudah beroperasi. Perpustakaan yang
dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang
menyediakan jasa pendidikan bagi kabupaten sekitarnya.
Bagi
yang berminat kuliah di perguruan tinggi di kota ini , terdapat beberapa
perguruan tinggi negeri dan swasta, di antaranya Universitas Muhammadiyah Metro, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah AgusSalim, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri, Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif, Sekolah Tinggi Pertanian,
Akademi Pertanian, dan PGSD UNILA. Kini pemerintah Kota Metro sedang
mengupayakan agar Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum di Metro.
Sejarah
panjang Kota Metro telah mengantarkan wilayah yang dulunya bedeng
bermetamorfosis menjadi sebuah kota yang sebenarnya. Sebuah wilayah dengan
pusat konsentrasi penduduk dengan segala aspek kehidupannya mulai dari bidang
pemerintahan, sosial politik, ekonomi dan budaya. Ciri kota yang sangat
menonjol adalah fisik wilayah yang telah terbangun, tersedianya fasilitas
sosial dan public utilities, serta mobilitas penduduk yang tinggi.
Friday,
March 02, 2012
4:47 PM
Kediaman
asisten wedana Metro di masa Hindia Belanda
- Teluk Betung Ken
- Metro Ken
- Kotabumi Ken
- Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
- Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenen Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
- Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.
Wilayah
Kota Metro sekarang pada waktu zaman pemerintahan Belanda merupakan Onder
Distrik Sukadana pada tahun 1937 masuk Marga Nuban. Masing-masing Onder
Distrik dikepalai oleh seorang asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai
oleh seorang Demang. Sedangkan atasan dari pada Distrik adalah Onder afdeling
yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda.
Tugas
dari asisten Demang mengkoordinir Marga yang dikepalai oleh pesirah dan di
dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (wakil pesirah),
seorang juru tulis dan seorang Pesuruh (opas). Pesirah selain berkedudukan
sebagai kepala marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh
Penyimbang-penyimbang Kampung dalam marganya masing-masing.
Marga
terdiri dari beberapa kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu
oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiaptiap suku di kampung
itu.
Kepala
Kampung dipilih oleh penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu
Kepala Kampung harus penyimbang kampung, kalau bukan penyimbang kampung tidak
bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.
Pada
zaman Jepang Residente Lampoengsche Districten dirubah namanya oleh Jepang
menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:
Wilayah
Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro ken yang terbagi dalam
beberapa Gun, Son, marga-marga dan kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco,
Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh
seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.
Setelah
Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945,
maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro
didalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3
September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:
Dengan
dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk
Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri
dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para
Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam
Kecamatan Metro).
Dalam
praktek, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini
menyulitkan pelaksanaan tugas penierintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara
bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan
Negeri beralih kepada kecamatan setempat.
Pada
zaman Pemerintahan Belanda Kota Metro masih merupakan hutan belantara yang
merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban, yang kemudian dibuka oleh para
kolonisasi pada tahun 1936. Pada tahun 1937 resmi diserahkan oleh Marga Nuban
dan sekaligus diresmikan sebagai Pusat Pemerintahan Onder Distrik (setingkat
kecamatan).
Pada
zaman pemerintahan Jepang onder distrik tersebut tetap diakui dengan nama
Sonco (caniat). Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro juga terbentuk
onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung dan Trimurjo.
Kelima
onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way
sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi
yang sudah bermukim di bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng I bertempat di
Trimurjo dan Bedeng 62 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi
nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.
Istilah
bedeng-bedeng itu masih dijumpai sampai sekarang. Jika dateng ke kota ini
lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di
Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a,
11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dst sampai 62 di Sekampung (sekarang masuk
Lampung Timur). Bedeng yang termasuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung),
14-2, 15, 16a, 16c, dst. Di Kota Metro lebih mudah menemukan daerah dengan
sebutan 16c dibanding Mulyo jati. Lebih enak bicara daerah 22 dibanding
Hadimulyo. Lebih populer di masyarakat nama 21c dibanding Yosomulyo.
Pada
zaman Jepang pengairan teknis masih terus dilanjutkan karena pada waktu
pemerintahan Belanda belum juga terselesaikan.
Dan
pada zaman kemerdekaan pengairan teknis tersebut masih terus dilanjutkan
sesuai dengan pengembangan teknis yang direncanakan hingga sekarang.
Adapun
nama Kota Metro sebenarnya dari bahasa Jawa "Mitro", yang berarti
sahabat (tempat berkumpulnya orang untuk bersahabat atau menjalin
persahabatan).
Dan
menurut bahasa Belanda "Meterm" yang berarti pusat (centrum) dengan
demikian diartikan sebagai suatu tempat yang diletakkan strategis Mitro yang
berarti sahabat, hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang
dari berbagai daerah diluar wilayah Sumatera. Pada zaman kemerdekaan nama Kota
Metro tetap Metro. Dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang
Dasar 1945 maka Metro menjadi Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati
pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah
Burhanuddin (1945-1948).