Durian adalah nama
tumbuhan tropis yang berasal dari
Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai
duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah" (
King of Fruit), dan durian adalah buah yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain muak dengan aromanya.
Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanlah
spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari
marga Durio.
[1] Namun demikian, yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah
Durio zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasar tempatan di
Asia Tenggara di antaranya adalah
lai (
D. kutejensis),
kerantungan (
D. oxleyanus),
durian kura-kura atau kekura (
D. graveolens), serta
lahung (
D. dulcis). Untuk selanjutnya, uraian di bawah ini mengacu kepada
D. zibethinus.
Nama-nama lokal
Terdapat banyak nama lokal. Nama terbanyak ditemukan di
Kalimantan, yang mengacu pada berbagai varietas dan spesies yang berbeda. Durian di Jawa dikenal sebagai
duren (
bahasa Jawa,
bahasa Betawi) dan
kadu (
bahasa Sunda). Di
Sumatera dikenal sebagai
durian dan
duren (bahasa Gayo). Di
Sulawesi, orang
Manado menyebutnya
duriang, sementara orang
Toraja duliang. Di
Pulau Seram bagian timur disebut
rulen.
Penyebaran
Pusat keanekaragaman durian adalah
Pulau Kalimantan. Daerah-daerah sekitarnya juga memilki beberapa plasma nutfah durian, seperti Mindanao, Sumatera, dan Semenanjung Malaya meskipun tidak semelimpah Kalimlantan. Meskipun demikian, pengekspor utama durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan
kultivar dengan mutu tinggi dan sistem budidaya yang baik. Tempat lain yang membudidayakan durian dengan orientasi ekspor adalah
Mindanao di
Filipina,
Queensland di
Australia,
Kamboja,
Laos,
Vietnam,
India, dan
Sri Lanka.
Di Filipina, pusat penghasil durian adalah di daerah Davao di Pulau
Mindanao. Festival Kadayawan merupakan perayaan tahunan untuk durian di Davao City.
Pemerian morfologi
Pohon tahunan,
hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim) tetapi ada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru (periode
flushing atau peronaan) yang terjadi setelah masa berbuah selesai. Tumbuh tinggi dapat mencapai ketinggian 25–50
m tergantung spesiesnya. pohon durian sering memiliki
banir (akar papan).
Pepagan (kulit batang) berwarna coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan.
Tajuknya rindang dan renggang.
Daun berbentuk jorong hingga lanset, 10-15(-17)
cm × 3-4,5(-12,5) cm; terletak berseling; bertangkai; berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai; sisi atas berwarna hijau terang, sisi bawah tertutup sisik-sisik berwarna
perak atau
keemasan dengan bulu-bulu bintang.
Bunga (juga buahnya) muncul langsung dari batang (
cauliflorous) atau cabang-cabang yang tua di bagian pangkal (
proximal), berkelompok dalam karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk
tukal atau malai rata. Kuncup bunganya membulat, sekitar 2 cm diameternya, bertangkai panjang. Kelopak bunga bentuk tabung sepanjang lk. 3 cm, daun kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping berbentuk bundar telur. Mahkota bentuk
sudip, kira-kira 2× panjang kelopak, berjumlah 5 helai, keputih-putihan.
Benang sarinya banyak, terbagi ke dalam 5 berkas; kepala
putiknya membentuk bongkol, dengan tangkai yang berbulu. Bunga muncul dari kuncup
dorman, mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa hari. Pada siang hari bunga menutup. Bunga ini menyebarkan aroma wangi yang berasal dari
kelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik perhatian
kelelawar sebagai penyerbuk utamanya. Kajian di Malaysia pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa penyerbuk durian adalah kelelawar
Eonycteris spelaea. Penelitian tahun 1996 lebih jauh menunjukkan bahwa hewan lain, seperti burung madu Nectariniidae dan lebah turut serta dalam penyerbukan tiga kerabat durian lainnya.
 |
Bunga durian, keluar langsung dari batang/cabang secara berkelompok |
Buah durian bertipe kapsul ber
bentuk bulat,
bulat telur hingga
lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm. Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam ("berduri", karena itu disebut "durian", walaupun ini bukan
duri dalam pengertian
botani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.
Buah berkembang setelah
pembuahan dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antarbuah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, dan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 hingga 5
kilogram, sehingga
kebun durian menjadi kawasan yang berbahaya pada masa musim durian. Apabila jatuh di atas kepala seseorang, buah durian dapat menyebabkan cedera berat atau bahkan kematian.
Setiap buah memiliki lima ruang (awam menyebutnya "kamar"), yang menunjukkan banyaknya
daun buah yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa
biji, biasanya tiga butir atau lebih, lonjong hingga 4 cm panjangnya, dan berwarna merah muda kecoklatan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus (
salut biji, yang biasa disebut sebagai "daging buah" durian) berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan yang bervariasi, namun pada
kultivar unggul ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm. Biji dengan salut biji dalam perdagangan disebut
ponggè.
Pemuliaan durian diarahkan untuk menghasilkan biji yang kecil dengan salut biji yang tebal, karena salut biji inilah bagian yang dimakan. Beberapa varietas unggul menghasilkan buah dengan biji yang tidak berkembang namun dengan salut biji tebal (disebut "sukun").
Keanekaragaman
 |
Varietas lokal (kiri) dan klon D101 (kanan) |
Durian sangat beraneka ragam. Sebagaimana disebut di muka, beberapa spesies selain durian benar (
D. zibethinus) juga dianggap sebagai durian. Di Indonesia tercatat ada 20 spesies anggota
Durio (dari hampir 30-an jenis), sembilan di antaranya dapat dimakan. Durian yang benar pun memiliki banyak variasi. Lembaga penelitian di Indonesia,
Malaysia, dan
Thailand telah merilis berbagai kultivar durian unggul. Selain itu terdapat pula ras-ras lokal yang dikenal baik namun belum mengalami tahap seleksi untuk meningkatkan kualitasnya.
Kultivar unggul nasional
Terdapat lebih dari 55 varietas/jenis durian budidaya. Hingga 2005 terdapat 38 kultivar unggul yang telah diseleksi dan diperbanyak secara vegetatif. Beberapa di antaranya:
- 'Gapu ', dari Puncu, Kediri, Jawa Timur
- 'Hepe', bijinya kempes dengan daging tebal
- 'Kelud', dari Puncu, Kediri, Jawa Timur
- 'Ligit', dari Kutai
- 'Mawar', dari Long Kutai
- 'Ripto', dari Trenggalek
- 'Salisun', dari Nunukan
- 'Selat', dari Jaluko, Muaro Jambi
- 'Sememang', dari Banjarnegara
- 'Tong Medaye', dari Lombok, NTB
| - 'Bentara', dari Kerkap, Bengkulu Utara
- 'Bido Wonosalam', dari Jombang, Jawa Timur
- 'Perwira', dari Simapeul, Majalengka
- 'Petruk', dari Randusari, Jepara, Jawa Tengah
- 'Soya', dari Ambon, Maluku
- 'Sukun', bijinya kempes dengan daging tebal
- 'Sunan', dari Boyolali
- 'Kani' ("chanee", durian bangkok)
- 'Otong', (alihnama dari durian "monthong", durian bangkok, di Malaysia disebut klon D159)
|