Selasa, 28 Februari 2012

Taman Safari Gelar Acara Hari Katak Internasional


Tuesday, February 28, 2012
10:05 PM


Metrotvnews.com, Bogor: Taman SafariIndonesia Cisarua, Kabupaten Bogor, bekerja sama dengan Kelompok Pemerhati Herpetofauna Fakultas Kehutanan Hewan Institut Pertanian Bogor menyelenggarakan konservasi katak.

Juru Bicara TSI Cisarua Yulius H. Suprihardo di Bogor, Senin (27/2), menjelaskan bahwa kegiatan itu dalam rangka Hari Katak Internasional yang puncaknya diadakan pada 29 Februari 2012. "Kegiatan itu diadakan selama sembilan hari, mulai dari 25 Februari hingga 4 Maret mendatang," katanya.

Ia menjelaskan bahwa pada Jumat lalu, TSI bersama dengan herpetologis dari IPB mengadakan penelitian untuk identifikasi sekaligus pemetaan populasi katak yang berhabitat di wilayah TSI. Kegiatan tersebut, katanya, dilakukan malam hari di lokasi-lokasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Direktur TSI Cisarua Drs Jansen Manansang, MS.c mengatakan bahwa kegiatan itu diisi oleh eksebisi jenis katak di wilayah "Baby Zoo" sejak 25 Februari hingga 4 Maret 2012.

Selain itu, pemaparan mengenai katak pada Rabu (29/2), dan "frog camp" di lokasi "camping ground" TSI yang diikuti sekitar 20 siswa SMA dari Kota Bogor untuk mengenalkan pentingnya amfibi sebagai bagian dari ekosistem di alam.

Ia mengatakan, target TSI dalam rangka penyelenggaraan Hari Katak Internasional itu adalah mengenalkan konservasi katak dan pengaruhnya terhadap ekosistem kepada masyarakat luas.

Pada puncak peringatan Hari Katak Internasional mendatang, TSI mengundang lebih dari 150 siswa dan siswi SD, SMP dan SMA di Bogor untuk mempelajari lebih jauh tentang katak.

Menurut dia, tujuan program itu meningkatkan kepedulian terhadap konservasi katak bagi anak. Selain itu, meningkatkan perhatian anak-anak tingkat SLTA terhadap konservasi satwa melalui kegiatan lapang tentang katak, dan meningkatkan pengetahuan guru-guru sekolah di bidang sains melalui isu-isu seputar konservasi katak.

Menurut Jansen Manansang, katak (frog) berbeda dengan kodok (toad). Ia menjelaskan, pada tubuh katak relatif halus, tidak memiliki bintil-bintil yang jelas seperti kodok.

Sebagian besar katak bertubuh ramping (walaupun ada yang agak gemuk sampai gemuk namun berbeda dari kodok). Kaki katak juga relatif panjang sehingga memungkinkan katak meloncat jauh.

Dia menjelaskan, katak memiliki banyak jenis yang masing-masing mendiami suatu habitat tertentu. Sebagai contoh katak sawah yang mendiami lokasi-lokasi berlumpur seperti sawah maupun lokasi berlumpur lain.

Katak pohon mendiami batang-batang pohon tinggi dan seringkali bersembunyi di balik dedaunan, atau bangkong tuli yang biasanya hanya dapat dijumpai di sela-sela batuan di sumber air yang masih bersih dan belum tercemar di daerah pegunungan.

Ia mengatakan, masih banyak karakter katak yang lain dalam mendiami suatu wilayah tertentu. Keseluruhannya memiliki keunikannya masing-masing.

Fungsi katak, kata dia, antara lain estetika yakni bagaimana katak dan kodok menjadi bagian dalam harmoni kehidupan alam terlebih saat hujan.

Selain itu, fungsi etik yakni nilai lebih satwa tersebut dan kaitannya dengan hak mereka untuk tetap eksis. Fungsi ekonomi yakni katak dan kodok seringkali menjadi bahan makanan, bahkan bagian tubuh tertentu terkadang di ambil sebagai obat untuk manusia.

Selain itu, fungsi ekosistem yang tidak terlalu tampak oleh mata, namun jika terabaikan dampaknya lebih "parah" dibandingkan yang lain.

"Katak dan kodok memiliki peranan dalam aliran energi dan siklus 'nutrient', mereka menempati posisi baik sebagai pemangsa maupun yang dimangsa," katanya.

Oleh karena itu, katanya, apa jadinya jika mereka tidak ada, serentetan efek akan muncul seperti berkurangnya jumlah satwa yang menjadi pemangsa, ataupun melonjaknya jumlah mangsa mereka.

Hal ini, katanya, akan berdampak terhadap peristiwa-peristiwa seperti melonjaknya jumlah nyamuk, lalat, atau serangga hama yang mengganggu tanaman pertanian.

Ia menjelaskan, kondisi itu tentunya dapat mengganggu kehidupan manusia.

"Tidak dapat dibayangkan jika ketimpangan-ketimpangan tersebut terjadi," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, TSI yang merupakan anggota dari Asosiasi Dunia Kebun Binatangdan Akuarium (WAZA), Asosiasi Kebun Binatang Asia Tenggara (SEAZA) dan Perkumpulan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan konservasi katak. (Ant/Wrt3)
---METROTVNews.com---

1 komentar:

TUKAR LINK YO! (link exchange) : isi linkmu trus coment dibawahnya...OK!